Jangan Biarkan Aku Kesepian


AKU wanita yang periang dan ingin menjadi bagian dari setiap kegembiaraanmu. Dalam sedih dan duka aku ingin tertawa denganmu. Itu yang seharusnya kau pahami tentangku. Meskipun kau terbiasa meninggalkanku karena memang terpaksa kau lakukan. Aku tak pernah persoalkan itu, kan?

Setiap saat diriku ingin rasakan hangatnya gurauanmu. Candamu mudah menyentuh hatiku. Dan senyumanmu tak bisa tidak kukatakan tak menarik. Kau seorang pria yang begitu tahu memperlakukan wanita sepertiku. Sekarang, berikan ketegasan bahwa dirimu tak lagi meninggalkan diriku disini. Aku butuh dirimu. Aku cinta semua caramu memperlakukanku. Tak banyak pria sepertimu di dunia ini. Menurutku tipe pria sepertimu sudah langka, dan perlu dilindungi agar tak punah oleh kolonialisme media sosial. Pemerintah kita harus tahu bahwa perlindungan kepada pria-pria sepertimu harus dilakukan dengan maksimal lewat satu program khusus layaknya yang dialami “harimau sumatra”. Meskipun, aku tak bermaksud menyamakan dirimu dan hanya beberapa pria lain seperti binatang.

Aku terbiasa dengan kelembutan semenjak aku masih balita. Aku masih ingat bagaimana kedua orang tuaku yang begitu perhatian pada pertumbuhan dan perkembangan diriku. Aku dapat merasakan ketulusan mereka dan hingga kini aku ingin diperlakukan selembut mungkin oleh seorang pria yang kucintai. Itu keinginan semua wanita di dunia. Kurasa.

Kau adalah pria dambaanku. Mungkin, wanita-wanita lain di luar sana juga menginginkan sentuhan lembutmu. Dan aku tak pernah rela! Hanya saja, aku berharap ada pria lain sepertimu. Pria yang mampu membuat wanita tersenyum puas, lepas, dan gundah pun mudah hilang seketika.

Sayang, aku hanya memintamu untuk tidak pernah meninggalkan diriku. Tolong, jangan biarkan aku kesepian!

Wanitaku dan Cintanya


AKU tak pernah enggan memberikan pujian. Terutama menyangkut kelebihan seorang wanita. Bagiku, semua wanita di dunia memang layak mendapatkannya. Mengapa? Wanita adalah makhluk terindah yang menjadi penentu utama mengapa aku ada bersama wanita yang kucintai di dunia ini. Tentu, ini alasan yang tak perlu diperdebatkan oleh pria manapun. Seperti sekarang, aku memujimu. Ya, kamu adalah wanita. Benar-benar wanita. Semua tingkahmu adalah gambaran seorang wanita. Aku kagumi semua yang kau punya adalah naturalnya seorang wanita. Kau tak pernah berpura-pura menjadi wanita. Caramu tersenyum, dan sorot matamu bila memandang sesuatu begitu jelas bahwa kamu adalah seorang wanita yang sebenarnya. Bagaimana dengan wanita lain yang ada di dunia? Wanita adalah seseorang yang selalu mampu membuat banyak hal yang berbanding terbalik dengan perilaku seorang pria. Jika, wanita mencoba melakukan hal-hal yang sama sepertiku, niscaya ia bisa kuakui sebagai seorang wanita. Mungkin, itu alasan kuat bila aku enggan memberikan sebuah pujian yang sepantasnya. Itu pendapatku tentang gambaran dari sosok wanita yang kulihat ada dalam dirimu.

Kamu wanita semua cinta yang mampu membuat banyak pria tak bisa mengatakan tidak bila kau minta melakukan apapun. Tanpa ada yang terluka, dan terpenjara dalam kegalauan mendapatkan cinta. Sengaja kusebut pria; dan bukan laki-laki! Menurutku, seorang pria itu sosok dewasa yang sudah dibekali pengertian tentang banyak hal, termasuk urusan hati itu sendiri. Dan seorang laki-laki selalu saja identik dengan kekanak-kanakan dan belum cukup umur. Biasanya, wanita sepertimu tak bisa menerima sifat kurang dewasa, belum matang, dan aku mengerti mengapa demikian. Kau mendambakan pendamping seorang pria yang lebih dewasa darimu. Ini yang kusebut sifat khas seorang wanita. Kau ingin dicintai oleh pria yang bisa membimbingmu menjalani hidup yang sebenarnya; pernikahan! Itu sudah tak bisa diganggu gugat. Itu adalah cita-cita setiap wanita yang sebenarnya. Untuk apa mengarungi biduk rumah tangga dengan seorang laki-laki yang usianya lebih muda? Kau punya jawabannya, kan?

Aku masih ingat dengan jelas bagaimana kau ingin kuperlakukan. Bahkan, aku tak pernah ingin melupakan kata-katamu tentang caraku memperlakukan wanita. Aku mengerti sepenuhnya bahwa wanita yang sebenarnya adalah dia yang ingin diperlakukan dengan lembut; selembut wanita itu sendiri. Kalimat ini membingungkan, namun kurasa ia sudah cukup tepat mewakili apa yang ada dalam ingatanku tentangmu. Kita telah jalani banyak hal di masa lalu, dan itu yang telah mengajarkanku segala hal terutama bagaimana memperlakukan seorang wanita sepantasnya.

Apakah aku menyesal tak bisa mendampingimu mengarungi biduk rumah tangga, sebagaimana yang pernah kita impikan berdua?!? Aku tak pernah menyesali akhir dari hubungan kita. Aku sudah relakan dirimu menghabiskan banyak hal dengan pria yang menjadi pilihanmu. Aku hanya menyesali ketika aku tak tahu sama sekali ketika sebuah kenyataan terkuak. Kenyataan bahwa kau telah akhiri kisah kita secara pihak tanpa kutahu sama sekali. Wajar sekali bila aku butuh penjelasanmu kala itu. Aku kecewa pada proses perpisahan cinta kita yang tak sebanding dengan pengorbanan yang telah kita lakukan berdua untuk memulainya. Itu saja. Bukan yang lain!

Dan tahukah kamu apa yang kurasakan pada saat itu? Bagaimana penderitaanku? Apakah aku telah membuat dosa menyakiti hatimu? Tak pernah ada jawaban hingga kini. Dan aku mengerti sepenuhnya bahwa semua melodi yang indah denganmu seperti dulu tak mungkin tercipta lagi.  Impian hidup yang dulu sempat kusematkan denganmu. Harapan yang selalu kupelihara agar bisa dan hanya berumahtangga denganmu itu telah mati oleh cara yang kau buat. Dan perpisahan sementara yang kita alami ternyata menjadi pertemuan terakhir, sebelum aku sempat leburkan rinduku menatap indahnya dua bola matamu. Ah, itu kisah masa lalu yang seharusnya berlalu begitu saja tanpa perlu dibahas lebih panjang, kan???

Akhirnya, aku hanya ingin sampaikan padamu untuk yang terakhir kalinya bahwa; binalah kehidupan cintamu dengannya sebaik-baik seperti yang kalian pernah cita-citakan dalam prosesnya. Jaga komunikasi yang baik karena itu salah satu cara merawat kejujuran dalam cinta. Aku selalu doakan dirimu bahagia menjalani hidup bersamanya di dunia, hingga kalian dipertemukan kembali di syurgaNya. Amin.

Dengan penuh ketulusan tanpa ada dendam dan sakit hati,

Sang Mantanmu!

Perpisahan itu Mengiris Hatiku


Kuingin ceritakan padamu tentang bagaimana persisnya detik-detik perpisahan kita. Sebuah perpisahan yang sebenarnya adalah ulah dari kreativitasmu.  Kukatakan begitu karena caramu memutuskan hubungan itu sungguh berbeda. Unik! Kau utus seseorang mengantarkan sepucuk surat. warnya ungu. Aku masih ingat wanginya, namun aku benci warna ungu. Kamu tahu persis bahwa aku tak suka warna itu. Aku benci segala hal yang berwarna ungu, berbau ungu, dan orang yang berbaju ungu pun aku tak sudi menatapnya. Kau tahu kenapa ungu adalah warna yang paling kubenci di dunia. Dan, lengkaplah kebencian itu ketika suratmu yang ungu itu kuterima. Tanpa kubaca pun diriku tahu persis apa yang tertulis di dalam lembaran yang dibungkus oleh warna kutukan itu.

Kau memang wanita yang unik. Sosokmu menarik dengan kulit putih mulus, berhidung mancung, dan rambutmu lurus, hitam berkilau keemasan. Wanita sepertimu begitu langka. Bahkan televisi pun sulit menemukan sosok sepertimu untuk bisa dijual kepada semua penikmatnya. Dan aku dianggap normal dan wajar mencintaimu oleh banyak orang.

Oh ya, aku hampir lupa mengatakan apa yang terjadi selanjutnya setelah suratmu kubuka? Aku membacanya berulang kali. Seakan aku tak percaya bahwa semua kata-kata itu kau tuliskan khusus untukku. Dan itu kuanggap sebuah skenario luar biasa yang kau susun untukku. Kau, memainkan sandiwara yang sepantasnya tak melibatkan diriku; seorang lelaki paling setia di dunia!??

Suratmu yang singkat namun berakibat sangat membahayakan itu masih kusimpan hingga kini. Masih ingatkah pada apa yang kau tuliskan dalam surat itu? Aku yakin dirimu telah lupakan itu. Namun, aku ingin menuliskan kembali isi suratmu itu disini. Biarlah dunia tahu bahwa betapa suratmu sangat singkat, padat, dan jelas tegas!

“Sayang, kurasa kita harus berpisah mulai sekarang. Kau tahu kenapa? Tentu kau masih ingat seorang pria yang dulu kuceritakan padamu, dia ingin dijodohkan denganku. Kemarin siang, dia datang ke rumahku bersama orang tuanya. Tahukah kamu apa yang kurasakan? Aku mencintainya. Dan kami akan segera menikah, tepatnya bulan depan. Kuharap kamu datang ke pernikahan kami. Nanti kukirimkan undangan, ya? Maafkan aku,

Ulfamu!”

Lirik lagu “Perpisahan” (Bob Rezal)

Kudengar lembut senandung pilu, seakan mengiris hati kecilku, kugenggam erat suratmu itu, sebagai pertanda berakhirnya cinta; antara kau dan aku.

Reef: Apalah arti hidupku lagi, bila kau tiada di sisiku, bagaikan pantai tak bergelora, aku terbiar sepi.

Inikah utusanmu, hingga perpisahan kau pinta, lupakan kasih sayang.

Kusadar kini, cintamu itu hanyalah sandiwara, namun sesalan mengapa dulu kau cintakan diriku.

**Lagunya disini. Dan baca yang ini!

Cinta, Kejantanan, dan Jodoh dalam Celotehan


Ada begitu banyak impian terealisasi oleh sebuah rasa cinta. Anda tak perlu malu mengungkapkan perasaan Anda Anda kepada seseorg yang Anda cintai. Dengan dasar ketulusan tentu ia akan membawa Anda berlari cepat ke arah masa depan bersama pasangan Anda.

Cinta yang sekarang Anda rasakan adalah sebuah harapan besar terwujudnya impian-impian di masa yang akan datang. Anda hanya butuh sebuah usaha agar cinta yang Anda berikan kepada pasangan Anda itu terasa tulus adanya. Anda harus mencurahkan semua rasa cinta yang Anda miliki kepada orang yang Anda cintai. Hal Ini penting. Sangat penting! Karena, cinta yang sekedarnya saja tak akan cukup membawa Anda tiba di puncak impian; bersatu dalam suka-duka berdua, hingga kematian datang menjemput.

Semua manusia yang ada di dunia selalu senang memberi dan menerima cinta. Inilah realita kehidupan yang diperankan oleh perasaan manusia. Sehingga, perjuangan tanpa lelah pun kita lakoni tanpa lelah dan diasan keluh-kesah. Cobaan dan tantangan yang datang silih berganti adalah dua hal yang harus kita hadapi dalam hidup. Dan itu bukanlah masalah apabila kita tak keberatan untuk memahami betapa hidup dan kehidupan yang penuh cinta itu sangatlah indah dijalani. Ini menjadi motivator bagi diri kita untuk bereaksi lebih cepat, tepat, dan benar.

Tulus dan tanpa tekanan merupakan perlengkapan dasar yang dibutuhkan sepasang kekasih untuk bisa bersama selamanya. Anda harus tulus mencintai dan menerima pasangan Anda. Tak ada orang lain yang bisa menekan Anda memutuskan siapa orang yang tepat untuk dijadikan tambatan hati yang hakiki di masa depan.

Dalam membangun sebuah mahligai rumah tangga dibutuhkan komitmen yang kokoh sebagai findasi. Ia akan menjadi karang yang sangat kokoh membentangi Anda dari ombak besar dan kuat. Bahkan, tsunami pun akan tak berarti apa-apa bila komitmen tu berhasil dibangun bersama-sama. Hanya Anda dan dia!

Bagi seorang pria, kejantantan sering dianggap sebagai sesuatu yang sangat berlebihan dari apapun. Ia diagungkan! Pada hal, kejantanan seorag pria itu bukanlah diukur dari berapa banyak wanita yang pernah ditaklukkannya. Akan tetapi, seorang Pria layak disebut jantan bila ia memiliki moral dan sikap yang baik. Karena, dari sanalah sebuah tanggung jawab besarnya terhadap seorang wanita dibuktikan.

Dan bila kita bicara lebih jauh tentang masalah kejantanan seorang pria, maka kategori priai jantan itu tepatnya dia yang selalu mempunyai rencana yang baik untuk membangun masa depan dengan pasangannya. Ya, hanya dengan wanita yang benar-benar dicintainya. Itu menjadi bagian terpenting sebagai bentuk pengorbanan penting seorang pria bagi wanita. Bila tak ada niat untuk hidup bersama dengan seorang wanita yang kini mencintainya, apakah layak seorang pria itu disebut pejantan?!! Tidak sama sekali!

Cinta, kejantanan, dan jodoh adalah tiga komponen besar yang membentuk masa depan sebuah rumah tangga. Dimana, pria dan wanita adalah dua aktor penting yang memiliki peran vital mewudkan impian awal sebuah hubungan. Perlu diingat bahwa cinta itu tak ubahnya seperti sebatang pohon yang tak tak pernah tumbuh dengan baik bila Anda enggan merawatnya dengan baik. Begitu juga dengan Jodoh yang menuntut Anda bereaksi lebih aktif. Jangan hanya diam, karena jodoh tak akan pernah datang menghampiri Anda. Tuhan selalu membantu kita dengan memberikan petunjuk dan arahan-arahan yang benar dalam perkataanNya. Dan manusia hanya butuh kemauan berjalan kearah petunjukNya untuk melengkapi kehidupan di dunia bersama pasangan masing-masing. Itulah bagian dari perjuangan untuk cinta.

Dan bila Anda memutuskan untuk berhenti berjuanga menemukannya, maka Anda akan selalu sendirian dalam menjalani hidup ini. Ini sungguh disayangkan. Manusia tak seharusnya hidup sendiri di dunia ini, karena Tuhan telah menghadirkan kita ke dunia dengan penuh komitmen; hidup berpasang-pasang!

Sulit? Pasti! Tak ada jalan mudah menemukan cinta. Ketika Anda dihadapkan pada banyak pilihan dan Anda harus memilihnya. Mengapa? Karena, pilihan itu menentukan hasilnya? Anda bebas memberikan jawaban. Satu hal yang penting dan perlu Anda ingat adalah cinta perlu ditumbuhkembangkan dengan baik agar hasil panen yang Anda tuai dalam bahtera rumah tangga Anda akan baik dan banyak.

Tentukan pilihan Anda dari sekarang! Jangan salah memilih pasangan, dan tak perlu takut menjalani hari-hari dengan penuh cinta.

Semoga berkenan. Ini memang celotehan, tapi yakinlah bahwa apa yang Anda baca barusan penting buat Anda.

Memori Pilu Berpisah dengan Ulfa


“Sayang, jaga baik-baik kaset itu, ya? Cinta kita berawal dari sana,dalam lagu itulah kita ada. Dan hanya kita berdua yang bisa rasakan semua keindahanya. Salam cinta. -Ulfa.”

Singkat dan bermakna padat. Itu kesanku membaca tulisan Ulfa yang ditulisnya pada bagian dalam sampul kaset yang berisi lagu-lagu sebuah soundtrack Film India terkenal awal tahun 2000-an. Lagu-lagu itu memberikan semangat dan harapan bagi aku dan Ulfa. Impian untuk hidup bersama ketika hubungan cinta baru dimulai selalu indah dibayangkan semua pasangan. Ketika semua kebersamaan itu harus diakhiri sementara karena beberapa alasan penting sekalipun! Namun,cinta tak akan menjadi hambatan meskipun jarak yang memisahkan tak sanggup ditempuh dengan kekuatan fisik. Karena, kekuatan yang ditimbulkan oleh cinta begitu besar dan meyakinkan kepada pelakunya untuk terus bertahan dalam membina hubungaan hingga keduanya bersatu dalam bingkai bernama “rumah tangga”.

Begitulah gambaran yang kualami bersama Ulfa selusin tahun yang lalu. Lama!? Tentu! Dan semua seperti baru kualami seminggu yang lalu. Setidaknya, bagiku. Aku tak tahu apa yang dirasakan Ulfa sekarang. Dan aku tak pernah mau tahu. Sekarang bukanlah waktu yang pantas membahas banyak hal tentang masa lalu, ya?! Benar! Sungguh tak layak memperbincangkan kenangan-kenangan seindah apapun dengan mantan pacar yang rentang waktu kejadiannya mampu melahirkan jutaan generasi baru umat manusia berumur balita. Sangat tak patut mengungkapkan perasaan-perasaan masa lalu kita kepada siapapun. Dan ini bukanlah tujuanku; sama sekali bukan. Ibarat pepatah, “nasi telah menjadi bubur”. Untuk apa berkubang dalam pahitnya masa lalu dalam hubungan cinta, jika sekarang kita telah berumah tangga dengan orang yang cintai???

Memori pilu berpisah dengan Ulfa adalah serangkaian kisah masa lalu yang telah menjadi hal kecil yang berlalu terlalu jauh. Buku harian lama yang sudah dilenyapkan oleh ganasnya bencana perasaan bernama tsunami cinta tak lagi logis dibagi-bagikan kepada orang lain. Bukankah buku harian yang kini kita miliki sudah berisikan kisah-kisah baru yang “pasti” jauh lebih menarik? Dan itulah modal dasar menjalani masa depan. Bagiku, Ulfa telah menjadi orang lain. Belum pernah kunikmati tatapan dua bola mata indahnya sekalipun sejak berpisah dua belas tahun yang lalu. Pada hal, janji menjelang perpisahan adalah perkawinan! Terlalu sakit jika harus membayangkannya karena itulah hari terakhir bagi kami bertemu dalam status ‘dua orang yang sangat mencintai”.

Itukan dulu? Betul! Itu dulu! Dan sekarang, aku telah maafkan Ulfa setulus hatiku. Tak ada kebencian untuknya meskipun ketika kepiluan dengannya kurasakan, diriku sempat melakukan pelarian yang membingungkan kala itu. Ya, aku tak tahu dimana harus bersembunyi dari kejaran bayang-bayang Ulfa yang menurutku begitu menarik.

Ah, untuk apa menyemai kembali benih cinta masa lalu. Lebih baik kunikmati cinta yang kini kumiliki. Karena, aku paham pada sebuah ungkapan, yakni; “jika engkau tak dapati orang yang kamu cintai, maka cintailah orang yang kini bersamamu.”

Sekian!